Hati-Hati Dengan Sistem Kerja Pankreas Saat Berbuka Puasa
Seisi masjid dibuat geger ketika salah seorang jamaah shalat Isya jatuh tersungkur di lantai. Di
atas karpet berwarna hijau tua, pria paruh baya berbaju koko putih itu
terlihat kejang sebentar, sebelum akhirnya kaku tak bergerak.
Shalat jamaah isya yang belum sempat membaca surat al-fatihah itu berhenti. Beberapa jamaah segera membopong lelaki pingsan itu, menaikkannya ke sebuah mobil, kemudian segera meluncur ke rumah sakit terdekat.
Dengan perasaan yang masih was-was, dengan kaget yang belum pulih sepenuhnya, shalat isya dilanjutkan.
Diulang dari awal, tanpa mengulang ikomah.
Setelah kelar shalat tarawih, tersiar kabar nyawa bapak itu tidak tertolong. Beliau meninggal, sebelum sempat sandarkan diri.
Dan dari hasil pemeriksaan dokter, tertera jelas gula darah Almarhum berada di angka 700 mg/dl. Tensinya juga tinggi. Itu artinya, beliau tersungkur di lantai masjid disebabkan oleh koma diabetes.
Shalat jamaah isya yang belum sempat membaca surat al-fatihah itu berhenti. Beberapa jamaah segera membopong lelaki pingsan itu, menaikkannya ke sebuah mobil, kemudian segera meluncur ke rumah sakit terdekat.
Dengan perasaan yang masih was-was, dengan kaget yang belum pulih sepenuhnya, shalat isya dilanjutkan.
Diulang dari awal, tanpa mengulang ikomah.
Setelah kelar shalat tarawih, tersiar kabar nyawa bapak itu tidak tertolong. Beliau meninggal, sebelum sempat sandarkan diri.
Dan dari hasil pemeriksaan dokter, tertera jelas gula darah Almarhum berada di angka 700 mg/dl. Tensinya juga tinggi. Itu artinya, beliau tersungkur di lantai masjid disebabkan oleh koma diabetes.
Demikian sepenggal peristiwa || yang dishare Ndika Nahrendra mentor dietmentoring.com. di sebuah grup WA.
Berbuka puasa bagi umat Islam adalah salah satu moment penting dalam pelaksanaan puasa Ramadhan. Karena pada moment tersebut sebagai moment di-ijabahnya doa-doa yang dipanjatkan. Selain itu, moment tersebut tersaji berbagai macam "Ta'jil" baik dalam kategori makanan ringan sampai berat. Namun demikian, kita mesti berhati-hati dengan mekanisme kerja (fisiologi) tubuh kita khususnya pada saat berbuka puasa. mengapa? penjelasan berikut ini semoga bisa memberikan sedikit informasi untuk tidak berlebih-lebihan dalam menikmati sajian buka puasa.
Ilustrasi |
Pada saat kita puasa, kita tidak makan dan minum sejak subuh sampai magrib (kurang lebih 13,5 jam). Dalam proses puasa tersebut, gula darah di dalam tubuh kita turun dratis. Hal ini juga diikuti dengan penurunan cadangan gula di liver yang disebut glicogen secara drastis. Turunnya gula darah dan glicogen di liver, membuat pankreas kita berhenti memproduksi insulin. Insulin hanya akan diproduksi oleh pankreas hanya ketika gula darah kita sedang tinggi. Tujuannya agar gula darah segera turun. Sebab gula darah tinggi sangat berbahaya dan menjadi toksit di dalam tubuh.
Setelah seharian puasa, yang diikuti oleh penurunan gula darah dan glicogen, kemudian tibalah saat berbuka. Tentu sudah lumrah khususnya kita di Indonesia, menu-menu yang kita makan adalah jenis makanan yang manis dan full karbohidrat. Gula dan semua jenis karbohidrat itu sifatnya sama. Walau rasanya tidak manis, nasi, roti, mie, atau gorengan, semuanya adalah karbohidrat. Dan saat masuk ke dalam tubuh, semua karbohidrat itu akan diubah menjadi gula.
Jadi bisa dibayangkan, tubuh dibombardir dengan begitu banyak gula. Gula dari gula pasir dalam es campur atau kolak. Juga gula dari buah, nasi, roti, juga gorengan. Proses tersebut menjadikan gula darah di dalam tubuh langsung melonjak. Nah...Karena tiba-tiba gula darah melonjak, sementara produksi insulin di pankreas seharian sudah beristirahat, maka tubuh akan kaget. Pankreas akan buru-buru memproduksi insulin, agar gula darah bisa segera stabil kembali. Insulin akan mendistribusikan gula darah itu dalam bentuk glycogen. Disimpan dalam liver dan otot tubuh kita.
Tapi...Liver hanya bisa menampung 100 gram saja. Sementara otot, kalau aktivitas kita tinggi, itu bisa menyimpan glicogen sampai 500 gram. Masalahnya, pola hidup saat ini menciptkan suasana untuk jarang bergerak. Kerja tidak/minim pakai otot, fitnes tidak pernah. Oleh karena itu jaringan otot dengan kondisi yang disebutkan tersebut hanya bisa menyimpan gula dalam bentuk glycogen sekitar 200 gram saja. kelebihan gula lainnya akan disimpan di jaringan adipose. Namun demikian, pada jaringan adipose kelebihan gula tidak disimpan dalam bentuk gula atau glikogen, tetapi kelebihan gula tersebut diubah terlebih dahulu menjadi lemak kemudian disimpan. Jaringan adipose itu letaknya antara lain di bagian perut, pinggang, bokong, lengan, atau pipi. Semakin banyak cadangan lemak yang tersimpan pada jaringan adipose itu artinya kita makin gendut.
Selain persoalan "gemuk", kelebihan gula darah juga dapat berpotensi menyebabkan "Koma diabetes" sebagaimana sampaikan di awal tulisan ini, yaitu komplikasi diabetes yang mengancam jiwa yang menyebabkan ketidaksadaran. Jika kita terkena koma diabetes, kita masih dapat hidup tetapi tidak dapat sadar atau merespon dengan baik setiap pemandangan, suara atau jenis rangsangan. Jika tidak diobati, koma diabetes bisa berakibat fatal atau bahkan kematian.
Jadi bisa dibayangkan, tubuh dibombardir dengan begitu banyak gula. Gula dari gula pasir dalam es campur atau kolak. Juga gula dari buah, nasi, roti, juga gorengan. Proses tersebut menjadikan gula darah di dalam tubuh langsung melonjak. Nah...Karena tiba-tiba gula darah melonjak, sementara produksi insulin di pankreas seharian sudah beristirahat, maka tubuh akan kaget. Pankreas akan buru-buru memproduksi insulin, agar gula darah bisa segera stabil kembali. Insulin akan mendistribusikan gula darah itu dalam bentuk glycogen. Disimpan dalam liver dan otot tubuh kita.
Ilustrasi |
Tapi...Liver hanya bisa menampung 100 gram saja. Sementara otot, kalau aktivitas kita tinggi, itu bisa menyimpan glicogen sampai 500 gram. Masalahnya, pola hidup saat ini menciptkan suasana untuk jarang bergerak. Kerja tidak/minim pakai otot, fitnes tidak pernah. Oleh karena itu jaringan otot dengan kondisi yang disebutkan tersebut hanya bisa menyimpan gula dalam bentuk glycogen sekitar 200 gram saja. kelebihan gula lainnya akan disimpan di jaringan adipose. Namun demikian, pada jaringan adipose kelebihan gula tidak disimpan dalam bentuk gula atau glikogen, tetapi kelebihan gula tersebut diubah terlebih dahulu menjadi lemak kemudian disimpan. Jaringan adipose itu letaknya antara lain di bagian perut, pinggang, bokong, lengan, atau pipi. Semakin banyak cadangan lemak yang tersimpan pada jaringan adipose itu artinya kita makin gendut.
Selain persoalan "gemuk", kelebihan gula darah juga dapat berpotensi menyebabkan "Koma diabetes" sebagaimana sampaikan di awal tulisan ini, yaitu komplikasi diabetes yang mengancam jiwa yang menyebabkan ketidaksadaran. Jika kita terkena koma diabetes, kita masih dapat hidup tetapi tidak dapat sadar atau merespon dengan baik setiap pemandangan, suara atau jenis rangsangan. Jika tidak diobati, koma diabetes bisa berakibat fatal atau bahkan kematian.
Melanjutkan penggalan cerita/peristiwa di atas, kenapa kok Almarhum bisa pingsan, dan kemudian meninggal? Bukankah seharusnya lonjakan gula darah ketika berbuka puasa dapat disimpan dalam bentuk lemak? Jadi begini... Kalau sebelum-sebelumnya gula darah kita selalu tinggi, maka pankreas tidak pernah istirahat. Lembur terus memproduksi insulin agar gula darah bisa stabil. Kalau lembur terus, lama-lama produksi insulin tidak cukup untuk menstabilkan gula darah.
Kalau hal itu sudah terjadi, artinya kita sudah menderita diabetes. Nah... Almarhum itukan kata Pak RT tadi, punya penyakit diabetes. Maka wajar kalau insulinnya tidak cukup untuk menetralisir gula darah beliau yang melonjak akibat ngamuk makan gula dan karbohidrat saat buka bersama. Kalau gula darahnya melonjak sampai 700 mg/dl, sementara insulinnya tidak cukup mampu menetralisir, jatuh pingsan begitu ya sebuah kewajaran. Tidak hanya beliau, saya dan mas, atau siapa saja, kalau enggak ngerti pola semacam ini, juga bisa mengalami hal serupa (demikian penuturan Ndika Mahrendra).
Terus sebaiknya bagaimana makan kita saat berbuka? jika merujuk cara Rasulullah SAW berbuka puasa, maka Nabi hanya berbuka dengan beberapa buah kurma, kemudian air putih. Kalau tidak ada buah kurma, disarankan air putih saja langsung.
Kalau hal itu sudah terjadi, artinya kita sudah menderita diabetes. Nah... Almarhum itukan kata Pak RT tadi, punya penyakit diabetes. Maka wajar kalau insulinnya tidak cukup untuk menetralisir gula darah beliau yang melonjak akibat ngamuk makan gula dan karbohidrat saat buka bersama. Kalau gula darahnya melonjak sampai 700 mg/dl, sementara insulinnya tidak cukup mampu menetralisir, jatuh pingsan begitu ya sebuah kewajaran. Tidak hanya beliau, saya dan mas, atau siapa saja, kalau enggak ngerti pola semacam ini, juga bisa mengalami hal serupa (demikian penuturan Ndika Mahrendra).
Terus sebaiknya bagaimana makan kita saat berbuka? jika merujuk cara Rasulullah SAW berbuka puasa, maka Nabi hanya berbuka dengan beberapa buah kurma, kemudian air putih. Kalau tidak ada buah kurma, disarankan air putih saja langsung.
Ilustrasi |
Tidak berlebih-lebihan dalam berbuka puasa menjadi suatu kebiasaan yang mesti di bangun, selain untuk memperbaiki sistem kerja fisiologi tubuh (organ pankreas, hati dan organ lainnya), juga untuk menghindari berbagai resiko yang tidak diinginkan.
Tetapi nyatanya, yang kita makan kan bukan kurma. Yang kita makan langsung es campur, gorengan, jajanan pasar, dan nasi lengkap dengan lauknya yang karbohidrat juga. Makanya gula darah kita langsung melonjak. Jikalau dalam sebulan cara buka puasa kita seperti ini, jangan kaget kalau lebaran nanti kita tambah gemuk. Itu pun masih bagus, ketimbang meninggal mendadak seperti kisah di atas.