Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ngarai Bawah Laut Mampu Sedot CO2, Begini Mekanismenya

Ngarai Porcupine Bank dikelilingi oleh jurang (University College Cork)

Pada saat ini, salah satu masalah terbesar yang mengancam manusia adalah perubahan iklim global. Salah satu penyebab utamanya adalah peningkatan emisi karbon dioksida akibat pembakaran batu bara, gas alam, dan minyak bumi ke atmosfer kita. 

Nah, sebuah ekspedisi riset yang dilakukan oleh University College Cork (UCC) mengungkapkan proses unik yang dilakukan sebuah ngarai bawah air di Irlandia untuk menyedot karbon dioksida (CO2) dari atmosfer. Sebetulnya, tim peneliti tidak bertujuan untuk menyelidiki fenomena ini. Mereka hanya ingin memetakan ngarai Porcupine Bank. Ngarai ini merupakan parit bawah air besar yang dikelilingi oleh jurang. Ia juga merupakan ujung dari landas benua Irlandia. 

Dalam upaya tersebut, para peneliti secara tidak sengaja menemukan bahwa ujung ngarai mampu menyedot CO2 dari atmosfer dan menguburnya jauh di dasar laut. 

Dijelaskan dalam siaran pers yang dilansir Live Science, Jumat (10/8/2018), ngarai tersebut dikelilingi oleh terumbu karang air dingin yang hidup dari plankton-plankton mati yang turun dari permukaan lautan. Plankton ini membentuk dirinya sendiri dari karbon yang diambil dari CO2 di udara. Ketika mati, plankton-plankton ini dimakan oleh terumbu karang yang membentuk tubuhnya dari karbon tersebut. 

Terumbu karang ini kemudian mati dan ketika jurang berubah bentuk, jatuh ke dalam ngarai dan tersimpan di sana untuk waktu yang sangat-sangat lama. Sebagai bukti, para peneliti mengungkapkan bahwa mereka menemukan sangat banyak terumbu karang mati di dasar ngarai. 

Walaupun proses ini tergolong cepat, sayangnya ngarai tidak menyedot cukup banyak karbon untuk bisa mencegah atau menghentikan perubahan iklim. Akan tetapi, para peneliti berkata bahwa temuan ini menunjukkan bagaimana Bumi sebetulnya sudah memiliki mekanismenya sendiri untuk mengatur kadar CO2 jika tidak diganggu oleh ulah manusia. 

Andry Wheeler, salah satu pakar UCC yang terlibat dalam ekspedisi ini mengatakan, meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer kita menyebabkan cuaca ekstrem. Lautan menyerap CO2 dan ngarai adalah rute cepat untuk mendorongnya ke lautan dalam di mana (CO2) disimpan dengan aman. 

Hasil pemetaan juga menunjukkan bahwa ngarai telah berubah bentuknya secara signifikan pada masa lalu.