Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

GURITA : Potensi perikanan yang masih tertidur

Gambar 1. Beberapa individu gurita jenis Octopus cyanea
dari perairan Manokwari-Papua Barat

Siapa yang tidak kenal gurita, salah satu jenis hewan lunak dengan bentuk eksotik berupa delapan lengan/kakinya terletak di pangkal kepala (mantel). Pengelompokan pada tingkat kelas, gurita (octopus) berada satu kelompok dengan cumi-cumi (loly) dan sotong (cutlefish) yaitu kelas Cephalopoda. Bagi nelayan atau masyarakat pesisir gurita tidak asing lagi bagi mereka, karena selain dapat dimakan dan menjadi salah satu sumber protein hewani berkadar lemak rendah,  juga dapat dijual dengan harga yang lumayan bagus.
Sekedar informasi, di kab. Manokwari ketika saya berada disana di akhir tahun 2015, satu ekor gurita jenis Octopus cyanea dengan berat 1,1-1,3 kg, adalah Rp 50.000 sampai Rp.70.000. disejumlah daerah seperti Kota Bau-Bau Sulawesi Tenggara Rp. 50.000/kg, sedangkan daerah lain di Indonesia yang menjadi basis penangkapan gurita seperti di Bengkulu tepatnya Kab. Kaur, Sulawesi Selatan, dan Jawa khususnya di bagian Selatan Pulau Jawa, harganya Rp 30.000-45.000/kg-nya. Di pasar dunia, mungkin lebih mengagetkan lagi, karena harga gurita per kilogramnya lebih mahal harganya dibanding Tuna yakni $4,2/kg, sedangkan Tuna $ 3.8/kg. Hal ini tentu menjadi potensi tersendiri bagi Indonesia yang dikaruniai bentangan laut yang luas.
Namun demikian, semua pasti menyadari bahwa gurita sampai saat ini belum begitu populer dan menjadi pilihan untuk dikonsumsi. di pasar tradisional maupun di swalayan, jarang kita menemukan gurita di antara jenis tangkapan lainnya. Hal ini tentu menjadi tanda tanya besar, apakah di perairan Indonesia jarang ada gurita? atau masyarakat belum mengetahui lebih banyak tentang nilai manfaat hewan ini? dan mungkin masih banyak pertanyaan lainnya dibenak kita. Tidak perlu risau, sejumlah jenis gurita berdasarkan wilayah sebarannya, termasuk ada di Indonesia adalah sebagai berikut :
  1. Abdopus aculeatus
  2. Ampioctopus aegina
  3. Amphioctopus exannulatus 
  4. Amphioctopus marginatus
  5. Amphioctopus rex
  6. Amphioctopus siamensis
  7. Benthoctopus karubar
  8. Callistoctopus ornatus
  9. Callistoctopus luteus 
  10. Cistopus indicus (Rapp, 1835)
  11. ‘Eledone’ palari Lu and Stranks, 1992
  12. Hapalochlaena lunulata (Quoy and Gaimard, 1832)
  13. Thaumoctopus Norman and Hochberg, 2005
  14. Wunderpus photogenicus Hochberg, Norman and Finn, 2006
  15. Octopus cyanea Gray, 1849
  16. Amphitretus pelagicus Hoyle, 1885
  17. Vitreledonella richardi Joubin, 1918
  18. Bolitaena pygmaea (Verrill, 1884)
  19. Japetella diaphana Hoyle, 1885
  20. Haliphron atlanticus Steenstrup, 1861
  21. Argonauta argo Linnaeus, 1758
  22. Argonauta hians Lightfoot, 1786
Cukup banyak bukan?, memang tidak disangkal bahwa tidak semua jenis gurita di atas bernilai komersil, tetapi pada dasarnya perairan kita masih memiliki banyak sumber daya alam seperti gurita. intinya perlu ada yang menjadi pionir untuk menggeliatkan bisnis ini. penyediaan sarana pendukung, inovasi teknologi penangkapan, membangun sistem pemasaran terpadu dan komprehensif adalah beberapa aspek penting untuk memanfaatkan potensi gurita yang saat ini sedang tertidur.
disarikan dari berbagai sumber