Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian, Struktur, dan Proses Pembentukan Sperma

Pengertian Sperma
Sperma merupakan sel yang berasal dari sistem reproduksi laki-laki. Sel inilah yang akan membuahi ovum (sel telur pada perempuan) yang terjadi didalam sistem reproduksi wanita. Sel sperma dan ovum merupakan cikal bakal seseorang yang berada dalam kandungan, apakah itu laki-laki maupun perempuan.

Sel sperma berbentuk seperti kecebong yang berukuran 5 x 3 µm dan ekornya mempunyai panjang 50 µm, yang tersusun atas tiga bagian, yaitu kepala, leher dan ekor, dan sel ini akan bergerak untuk mencapai ovum. Sel sperma terdiri atas beberapa enzim untuk dapat bertahan dan menembus ovum, dan juga terdapat organel mitokondria yang berfungsi mensuplai energi agar ekor dapat menggerakkan sperma untuk maju.

Sperma ini dibawa bersama cairan semen (mani) ketika dikeluarkan (diejakulasikan) melalui lubang urethra pada penis, yang selanjutnya akan menuju ke leher rahim (servix), rahim (uterus) sampai saluran tuba falopi untuk melakukan fungsi utamanya, yaitu sebagai fungsi reproduksi juga berkembang biaknya manusia dan juga hewan, dengan kemampuan sperma untuk menembus lapisan terluar dari ovum sehingga terjadi fertilisasi (pembuahan)

Struktur Sperma

Sperma terdiri atas 3 bagian, yaitu:

1. Kepala
Kepala sperma berbentuk lonjong, mengandung nukleus (inti), inti tersebut mengandung DNA atau informasi genetik yang akan diwariskan nantinya. Pada kepala sperma juga terdapat enzim-enzim, seperti enzim hialuronidase, yang berfungsi untuk menembus lapisan koronaradiata pada ovum, dan enzim akrosin yang menembus zona pelusida.

2. Midpiece
Bagian tengah sperma ini dibungkus oleh mitokondria yang merupakan sumber energi bagi sperma. Yang mana mitokondria ini mempunyai mikrotubulus yang berjumlah 11 buah, dan mempunyai ATP-ASE untuk menghidrolisis ATP, sehingga terbentuklah energi.

3. Ekor
Ekor sperma berupa flagella (alat gerak) berbentuk sitoskeleton yang berukuran panjang yang berfungsi untuk mendorong sperma untuk bergerak, dengan kecepaatan 30 inci/jam.

Struktur Sperma


Proses Terbentuknya Sperma

Pembentukan sperma disebut dengan spermatogenesis yang terjadi di dalam tubulus seminiferus, yang berawal dari spermatogonium yang terletak pada tubulus seminiferus. Tubulus seminiferus terdapat pada ruang-ruang di dalam testis (lobulus testis). Satu testis mempunyai lebih kurang 250 lobulus testis.

Pembentukan sperma diatur oleh sistem hormonal, yaitu hormon LH (Luteinizing Hormone) yang terletak di hipofisis anterior berfungsi untuk merangsang sel leyding menghasilkan testosteron, yang mana testosteron ini yang berfungsi pada pembelahan sel-sel germinal (spermatogenesis) dan juga sebagai pemacu untuk tumbuhnya sifat kelamin sekunder, seperti kumis, janggut, dada yang berbentuk bidang, dan juga distribusi rambut di tempat lainnya. Kemudian ada hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang merangsang sertoli untuk membentuk ABP (Androgen Binding Protein) yang membuat spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis, sertoli ini juga berfungsi untuk memberi makan spermatozoa. Fungsi FSH juga meliputi perannya pada proses spermiogenesis, yaitu perubahan dari spermatid menjadi sperma. Selanjutnya juga ada peran dari GH (Growth Hormone) yang mengatur pembelahan awal spermatogonia.

Tahap pembentukan spermatozoa terdiri atas tiga tahap, yaitu:

1. Spermatositogenesis
Proses ini merupakan tahap dimana spermatogonia mengalami mitosis dan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia bersifat diploid (2n) atau mengandung 23 pasang kromosom. Spermatosit primer yang terbentuk juga bersifat diploid (2n).

2. Meiosis
Setelah spermatosit primer terbentuk, maka sitoplasma yang terbentuk juga semakin banyak dan terjadilah proses meiosis. Spermatosit primer berubah menjadi spermatosit sekunder yang bersifat haploid (n) kromosomnya. Kemudian spermatosit sekunder membelah lagi pada proses meiosis II dan membentuk lagi n kromosom, sehingga terbentuklah empat buah spermatid yang juga bersifat haploid (n).

3. Spermiogenesis
Proses ini merupakan perubahan dari spermatid menjadi spermatozoa (sel sperma matang). Spermatid yang awalnya hanya berbentuk seperti sel-sel epitel yang sederhana, pada proses ini mengalami transformasi yang signifikan, yaitu mengalami pemanjangan sehingga terbentuklah struktur yang jelas dari sperma, yaitu mempunyai bagian kepala, midpiece, dan ekor.

Sperma yang matang ini akan dikeluarkan melalui meatus urethra (saluran pada penis) bersama dengan cairan yang diproduksi oleh kelenjar vesikula seminalis yaitu berupa cairan semen yang kental, mengandung fruktosa, asam askorbat, enzim koagulasi (vesikulase) dan prostaglandin. Selanjutnya sperma bercampur dengan cairan dari kelenjar prostat yang berupa cairan seperti susu yang bersifat sedikit asam sitrat, dan juga enzim PSA (prostate spesific antigen), cairan ini berperan dalam aktivasi sperma dan jumlahnya juga banyak, yaitu mencapai 1/3 volume dari pada semen (cairan sperma). Dan yang terakhir sperma tersebut bercampur dengan cairan yang di produksi oleh kelenjar cowper (bulbourethra), yang berupa cairan mukoid kental, berwarna bening, yang menetralkan sisa urin yang asam di dalam saluran urethra. Setelah itu semua tercampur, maka semen pun diejakulasikan melalui meatus urethra.




Kelainan Pada Sperma

Untuk mengetahui kelainan pada sperma, perlu dilakukan pemeriksaan secara langsung dan juga pemeriksaan di bawah mikroskop, pemeriksaan ini disebut dengan “analisa sperma”. Analisa sperma dilakukan dengan cara memeriksa sperma yang biasa dikeluarkan dengan cara onani atau koitus (hubungan badan) terputus. Sperma yang diejakulasikan di tampung dalam wadah yang bersih dan tidak bereaksi apa-apa terhadap sperma, yang biasa digunakan adalah tabung reaksi berukuran 50-100 ml ataupun kaca. Kemudian tempat tersebut ditutup agar tidak terkontaminasi.

Sebelum kita membahas mengenai kelainan-kelainan yang terdapat pada sperma, yang biasanya berujung pada infertilitas (kemandulan), maka perlu diperhatikan terlebih dahulu batas-batas normal pada sperma, karakteristik sperma normal disebut dengan Normozoospermia.

Analisa sperma secara makroskopis bertujuang untuk mengamati :

1. Liquefaction
Sperma yang kental akan mencair (liquefaction) pada suhu kamar dalam waktu 15-20 menit. Hal ini terjadi karena daya kerja enzim seminim yang dihasilkan oleh kelenjar prostat. Bila sperma yang baru diejakulasikan tampak langsung encer, berarti terdapat kelainan pada vesika seminalisnya. Jika sperma setelah 20 menit belum juga mencair, maka terdapat kelainan pada sistem koagulasinya yaitu pada enzim seminin yang dihasilkan oleh kelenjar prostat.

2. Volume
Volume normal sperma adalah 2-3 ml. Volume yang lebih dari 8 ml disebut dengan hiperspermia yang biasa disebabkan oleh aktivitas yang berlebihan oleh kelenjar prostat, dan dapat juga disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal yang biasa diakibatkan oleh obat-obatan. Sedangkan volume yang kurang dari 1 ml disebut dengan hipospermia yang biasa disebabkan oleh ejakulasi yang terlalu sering, dan juga akibat vesica seminalis yang obstruksi (menyempit).

3. Bau sperma
Bau sperma sangat khas, yaitu seperti bau bunga akasia. Bau ini disebabkan oleh oksidasi spermin, yaitu suatu poliamin alifatik yang dihasilkan oleh kelenjar prostat. Kelainan seperti infeksi dapat membuat sperma menjadi bau busuk.

4. pH
pH normal pada sperma adalah 7,2 – 7,8. pH yang rendah biasa terjadi karena kelainan pada kelenjar prostat, epididimis, vesika seminalis, dan kontaminasi dengan air seni.

5. Warna sperma
Warna sperma normal yaitu putih keruh dan sedikit keabu-abuan. Ketidaknormalan pada warna sperma bisa disebabkan oleh infeksi saluran genitalia, yang dapat menyebabkan warna menjadi kekuningan. Warna sperma juga dapat menjadi kemerahan jika terdapat perdarahan pada saluran genitalia.

6. Kekentalan (viskositas)
Kekentalan pada sperma dapat diperiksa dengan cara menyentuh sperma dengan pengaduk, kemudian terbentuk benang yang panjangnya secara normal yaitu 3-5 cm. Jika viskositas lebih dari batas normal, kelainan bisa terdapat pada jumlah sel sperma yang terlalu banyak, gangguan liquefaction, dan akibat pengaruh obat-obatan.

Analisa sperma secara mikroskopik, didapatkan:

1. Jumlah sperma
Jumlah sel sperma normal adalah 200 juta/ml.
Jumlah sel sperma yang kurang dari 20 juta/ml disebut dengan Oligozoospermia
Ketika tidak dijumpai sel spermatozoa dalam sperma yang diperiksa, maka disebut dengan Azospermia, sedangkan jika sama sekali tidak dapat terjadi ejakulasi sperma pada seseorang, maka disebut dengan Aspermia.

2. Morfologi sperma
Pada pemeriksaan ini, diperhatikan tentang ukuran, bentuk, dan penampilan sel sperma. Dimana harus lebih dari 50% sel yang diperiksa tampak normal dalam ukuran, bentuk, dan panjangnya. Bentuk yang tidak normal pada sperma dapat dijumpai seperti bagian bagian nya yang rusak, seperti kepala, midpiece, dan ekornya.
Jika morfologi sperma yang normal hanya berjumlah kurang dari 30 %, maka disebut dengan Teratozoospermia.

3. Motilitas sperma
Motilitas (gerak) sperma normal akan bergerak maju dalam garis lurus dengan kecepatan yang baik, normalnya, jumlah sel sperma yang bergerak normal dan aktif dalam 1 jam setelah ejakulasi mencapai lebih dari 50%
Menurut WHO, motilitas sperma digolongkan dalam empat tingkatan, yaitu:

   Kelas A    : Sperma yang bergerak maju dengan cepat dalam garis lurus
   Kelas B    : Sperma yang bergerak maju tetapi dalam garis melengkung atau bergelombang, atau dalam garis lurus tetapi lambat
   Kelas C    : Sperma yang menggerakkan ekornya saja, tapi tidak bergerak maju
   Kelas D    : Sperma yang tidak bergerak sama sekali.


Kelainan pada motilitas sperma disebut dengan Asthenozoospermia.

sumber: softilmu.com